Entah ini bisa dibilang sial atau beruntung. Sebab pasti banyak orang berpikir kalo hal seperti ini bisa disebut beruntung. Alhamdulillah, setelah memakai pakaian hitam kelelawar lebar serta memakai topi kaku yang punya ekor ditaruh depan alias TOGA, dan disahkan memiliki gelar Ahli Madya (A.Md), selama kurang lebih mencecerkan lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan. Dan tertipu dua kali oleh perusahaan FUTURE dan OUTSOURCHING, akhirnya berhasil mendarat dengan selamat di Kantor Konsultan Pajak, Fuhhh... #NgelapKeringet

Ternyata kerja disini gampang gampang susah. Gampangnya, pegawainya asik lah, kerjanya juga ga terlalu ditekan, tapi begitu kerjaan ga sesuai sama yang diharapkan BOSS, langsung deh CTARR CTARR, bukan CTARRnya Syahrini, tapi berasa ada petir menyambar kantor. Panas dingin kalo udah ketemu situasi yang kayak gitu. Yah... begitulah kenyataannya. Kalo mau hidup enak, jadilah BOSS...

Nah, sebelum bekerja di Kantor Konsultan Pajak, saya mengalami musibah yang tidak terduga, eh... itu musibah atau bukan ya? Baiklah, saya sebut saja musibah... Pertama waktu dinyatakan lulus dengan nilai A #Bangga, saya berencana untuk segera mencari kerja tanpa memikirkan revisi saya, Hohohoho... Harap untuk tidak dicontoh! Saya mencari banyak teman lewat jejaring sosial, ataupun temannya temannya teman, pokoknya banyak teman lah. Saya menciptakan koneksi sebanyak mungkin.

Dan saya cukup akrab dengan satu orang cowok yang memberi saya info banyaaaak sekali tentang pekerjaan. Akhirnya ngobrol, ngobrol, dan ngobrol tanpa ketemuan selama 1 bulan. Dan musibah pun terjadi, tepat satu bulan kami berteman, tiba-tiba hawanya mulai berubah. Langit menjadi hitam, mendung berdatangan, petir menyambar-nyambar, ini mah lebay... Yang jelas, terjadi perubahan dari cara dia sms. Dan akhirnya ketika perjalanan pulang dengan kereta api, ditemani dengan signal darurat dari handphone saya, saya mendapatkan pesan dari dia bahwa "aku sayang sama kamu"

CTARR, entah kenapa berasa ada petir yang permisi numpang lewat di depan mataku, hape mana hape? hehehe... Dan saya pun langsung domblong seketika. Menyadari kalo ternyata ada yang menyatakan sayang kepada saya, kalo isitilah kerennya "ditembak", saya jadi garuk-garuk pantat. Apa yang harus saya jawab? Ni orang kebanyakan makan pecel kali, baru kenal 1 bulan, dan ia tak pernah tau bagaimana sosok saya, tapi dengan berani dia bilang bahwa sayang sama saya. Oh My God!

Sebel... Sebel... Sebel, itulah yang mengguncang benak saya. Rasanya menyebalkan sekali. Saya pun menolak dengan halus. Tapi, terjadilah ajang memelas dan merendahkan martabat diri sendiri. Tidaaaak, Ya Allah... Bawakan saya Banteng!!! Rasanya pengen menyeruduk dia yang semakin merendah dan menyalahkan diri. Akhirnya sms pun berakhir dengan keadaan tidak baik. Hilanglah pertemanan yang terjadi 1 bulan ini.

Badai pun berlalu selama 1 minggu sampai saya mulai bekerja di Kantor ini. Perasaan senang mempunyai kegiatan baru, perasaan takut ketika mendengar BOSS marah-marah, perasaan bosan menjalani kegiatan itu-itu saja, perasaan senang bisa bersama dengan DIA, satu rumah lagi. ^^

Berasa nostalgia kembali, ketika bisa satu atap dengannya. Hmm, jadi rindu masa-masa menyenangkan waktu Praktek Kerja Lapangan (PKL). Ada laptop yang setia menemani saya, dan juga ada dia. Walaupun kadang bertengkar, tapi saya sangat menyukainya. Oh ya, laptop! Apa kabarnya? Sudah 1 bulan lebih menghilang dari hadapan saya, alias dicuri orang. Berharap semoga ia baik-baik saja T_T

Setelah mulai merasakan kebosanan yang ga sampe akut, akhirnya dimulailah festival menyapa orang-orang yang saya kenal. "Hai... Hai... dan Hai". Rupanya badai datang lagi gara-gara festival "Hai" yang saya lakukan. Ada seorang teman lama, teman saya ngupil, ngiler, dan ndoweh bareng waktu SD. Dia baru saja putus dengan kekasihnya sekitar 2 minggu yang lalu. Dan memang sih sempat terlibat cinta kadal waktu SD, alias cinta-cintaan. Dan cinta kadal itu terulang kembali dengan judul cinta komodo. Kadal itu telah berubah menjadi seekor komodo. Komodo yang bertaring. Hiii... serem.

Tiba-tiba, tak ada angin, tak ada hujan, dia menginginkan saya menjadi pacarnya. Oh My God! Cubit saya! Apakah saya Dejavu? Tapi, suasananya sudah berbeda, dan sepertinya ini sudah terjadi sekitar 2 minggu yang lalu. Good! Sepertinya saya memang Dejavu. Tapi, dengan orang yang berbeda. Ahh... kepusingan saya bertambah ketika dia memaksa saya harus menjadi pacarnya. B**, elo sudah gila?

Saya shock, teman seperjuangan yang baru saja ramadhan kemarin bertemu berubah menjadi seperti ini. Setelah kejadian yang bertubi-tubi menimpa saya, saya melihat ke DIA, yang tetap domblong dengan aktivitasnya. Bikin gregeten sih sebenarnya. Tapi, kemarin malam dia mengatakan kalo dia tidak akan membuat saya pusing dengan mendiamkan saya. Huhuhuhu, saya jadi terharu. Tapi, memang benar sih, kalo dia sudah bad mood, hati saya seperti menangis rasanya. Menekan nekan, menusuk, menggorok, menohok, hooooeek...

Ternyata apapun yang terjadi, walaupun saya sudah "ditembak" bahkan sampai dua kali dalam satu bulan, saya tetap mencintai dia, dia yang selalu menemani saya. Saya benar-benar tidak bisa berpaling, walaupun yang lebih sering berpaling adalah dia. Jika saya membuat permisalan, misalnya saya pada detik ini tiba-tiba ditinggal olehnya, saya mungkin bisa gila. Karena jujur saja, setiap menit dalam diri saya diisi oleh dia. Sudah parahkah? Iya!

Sebenarnya saya memang pernah berpikir, bagaimana jika suatu saat saya "ditembak" oleh lebih dari satu laki-laki dan saya harus memberikan pilihan. Ternyata pilihan saya malah jatuh pada laki-laki yang tidak menembak saya, tapi setia menemani saya. Pengen bukti? Bukti itu tertulis di Laporan Akhir saya yang semoga saja disimpan rapi oleh kampus dan jurusan saya dan ditandatangani sah oleh ketua jurusan saya. Aseeeek :-D

And the conclusion of this article...
Saya merasa bahwa saya beruntung memiliki DIA yang selalu menemani saya. Dan saya bersyukur mengetahui kenyataan bahwa tidak selamanya apa yang kita bayangkan menyenangkan itu memang menyenangkan. Terkadang juga bisa menjadi hal yang menyedihkan, menyebalkan, bahkan bencana.