Awalnya karena melihat salah satu blog milik bapak Saptuari, Sedekah Rombongan. Ingin juga mempunyai kegiatan yang sangat bermanfaat seperti ini. Apalagi dengan kondisi saya yang memang sedang bermalas-malasan di kantor. Segera saya bicarakan hal ini dengan partner yang senantiasa mendampingi saya. Sesuai perkiraan dia pun setuju dengan apa yang saya inginkan. Tak lama kemudian kami mulai menghubungi beberapa teman untuk ikut bergabung dengan kami. Awalnya hanya sekitar 20 orang yang bergabung bersama kami. Saya pun tidak memaksa, hanya bantuan support dan doa saja saya sudah senang, apalagi ada bantuan dana dan tenaga. Beribu senang hati saya, semoga penyaluran ini nanti bisa tepat sasaran ^_^

Saya langsung searching ke internet untuk mencari target operasi yang bisa kami bantu. Target pertama kami ada Bu Ngatipah, kebetulan saya menemui postingan di sebuah web, yang saya juga lupa apa namanya. Bertempat di Gadang Gg II, kami meminta bantuan anggota kami (Tika dan Falihur) untuk meluncur ke lokasi. Alhamdulillah, mereka menemukannya. Target sudah ada, tinggal penggalangan dana. Dana yang kami kumpulkan memang tidak banyak. Tapi, Insya Allah dapat membantu untuk mencukupi kebutuhan hidup beliau.

Bu Ngatipah, adalah seorang buruh tani yang tinggal bersama anaknya. Di usianya yang sudah lanjut beliau masih bekerja keras untuk mencari sesuap nasi. Upah yang ia dapat hanya Rp 10.000 sehari. Itupun kalo ada panen atau masa tanam. Tapi jika tidak ada, Bu Ngatipah terpaksa mencari makan seadanya. Gabah yang ia dapat dari petani ia ambil berasnya. Untuk lauk, Bu Ngatipah mencari bayam liar yang tumbuh di sekitar rumahnya. Rumahnya terletak di tengah persawahan di Gadang. Tidak ada aliran listrik menuju rumahnya. Sebenarnya warga setempat sudah menawarkan listrik untuk bu Ngatipah, namun untuk makan saja sudah susah, tentu bu Ngatipah menolak dengan alasan tidak ada uang untuk bayar listrik. Sehingga di malam hari rumah Bu Ngatipah bagaikan rumah tak berpenghuni di tengah sawah.

Hatiku miris, ketika memasuki rumahnya siang itu bersama teman-teman GATA (Sebutan untuk gerakan kami). Waktu itu kami memberikan sembako dan uang untuk biaya hidupnya. Anggota kami juga masih sedikit yang bisa menyumbang tenaga waktu itu. Tidak apa pikirku, karena ini baru kegiatan awal. Semoga doa dan support masih mengiringi seluruh kegiatan kami. Amin :)

Kutemui, seorang ibu-ibu yang sudah terlihat sangat lelah menghadapi kerasnya dunia. Kami bercerita panjang lebar tentang kehidupannya. Dadaku sesak ketika mendengar semua ceritanya. Apalagi dengan melihat langsung kondisi rumahnya yang sudah tak layak huni. Tak ada ruang tamu di rumahnya, kami hanya duduk berdempetan di kursi panjang, sedangkan beliau duduk di tempat tidur yang sudah usang "Mboten wonten kursi, nduk. Lenggah ten meriki mawon nggih, mboten nopo nopo (Ga ada kursi, duduk disini aja ya, gapapa)" Ucapnya sambil menunjuk tempat tidur itu. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana dinginnya malam tidur di tempat ini. Bahkan aku tak tega membayangkan jika terjadi hujan lebat, apa yang akan terjadi di rumah ini.

"Kulo niki lagi... niki lho sirah mumet, ngelu ngelu, arep tumbas obat mboten gadah arta. Niki wau ditumbasaken obat limang atusan ndek apotek kaleh tiang niko (Saya ini sedang... ini lho sakit kepala, pusing pusing, mau beli obat ga punya uang. Ini tadi dibelikan obat 500an di apotek sama orang)" tuturnya menceritakan kondisinya saat ini. Hati saya miris, saya tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya dengan dana sumbangan yang berhasil kami kumpulkan, saya berikan pada bu Ngatipah. Semoga dapat meringankan beban hidupnya walau tak seberapa.

Lebih dari 6 bulan lamanya gerakan ini vakum karena kesibukan banyak pihak. Mulai dari pencarian target operasi dan lain-lain. Aku sempat berpikir, apa gerakan ini sudah tidak bisa bergerak lagi. Sempat sedih memikirkannya. Akhirnya, tepat dengan moment lebaran, saya dan Ika Yunita punya usul untuk membuat acara parcel sembako dan takjil gratis untuk dibagikan ke orang-orang yang kurang mampu.

Akhirnya acara berhasil kami laksanakan, Bakti Sosial pertama kami laksanakan hari Minggu, 14 Juli 2013 di Malang. Acara diikuti oleh Saya, Pondra, Ika, Fida, Dian, Hesi, Freddy, Indra, Danang, dan Very. Target pertama kami adalah seorang tukang sapu di pemakaman Sama'an. Beliau adalah Pak Met. Saya dengar beliau tidak mempunyai sanak saudara. Dan ternyata ketika saya bertemu dengannya beliau susah untuk bicara atau (maaf) gagu. Selain beliau ada juga korban penggusuran salah satu perumahan di Malang, Tukang becak, Janda dengan penghasilan yang minim, dan masih banyak lagi yang lain. Total yang berhasil kami salurkan adalah 9 parcel sembako untuk 9 keluarga, serta 75 takjil gratis ke pengemis, tukang becak, tukang sampah, dll.

Parcel Sembako & Takjil Baksos I, 14 Juli 2013

Pasukan Baksos I, 14 Juli 2013 (Dian, Ika, Indra,
Freddy, Pondra, Saya)

Target I : Bapak Met, Tukang Sapu kuburan

Target II : Tukang Becak

Target III : Tukang Jual Rangin yang sudah lama
berjualan di dekat kampus

Parcel Sembako & Takjil Baksos, 21 Juli 2013

 Pasukan Baksos II, 21 Juli 2013 (Pondra, Dian,
Danang, Saya, Ika dan Tom (yang foto))


Target IV : Korban Penggusuran

Target V : Janda 4 anak

Target VI : Ibu ibu Pengemis

Pasukan Baksos III, 28 Juli 2013 (Ika, Tika, Saya,
Ana, Dian, Firman, Falihur, Pondra, Rifky, dan Ervan)

Target VIII : Seorang ibu-ibu yang tinggal di desa
Buring, Malang

Target IX : Seorang ibu-ibu yang tinggal di desa
Buring, Malang

Pembagian Takjil Gratis untuk orang ga mampu,
saat itu posisi hujan deras di Malang

Persiapan pembuatan Parcel Sembako dan Takjil

Perjalanan menuju lokasi target operasi

Sebenarnya masih banyak foto-foto yang belum sempat terupload. Mungkin lain hari saya bisa menguploadnya. ^_^

Semoga dengan bantuan yang tidak seberapa ini, dapat meringankan beban hidup mereka, amin... ^_^
Jika ada beberapa teman yang sedang membaca ini tertarik untuk membantu kegiatan ini, kami menyediakan tempat untuk bergabung :)
Untuk lebih lengkapnya bisa melalui facebook : https://www.facebook.com/groups/gerakanamaltepiair/
Terima kasih ^_^

Puas banget melewati hari ini dengan seribu godaan yang membuat kepala cenut-cenut sampe hati mangkel semangkel mangkelnya. Rasanya pengen ngacak-ngacak berkas yang ada di depan saya. Terus mecahin barang-barang yang ada di depan saya pula. Mulai dari internetan, kerjaan, game, sampe customer bikin saya emosi.

OHH MY GOD....
Tolong beri saya sejuta kesabaran biar bisa menghadapi seribu cobaan di depan saya. Entah kenapa tulisan adalah tempat curhat yang paling dan sangat tepat bagi saya. Padahal dia diem, ga berusaha nenangin, hal yang menyedihkan atau pun menyenangkan tetep aja ni kertas ehmm maksud saya blog diem aja. Kadang pengen tau perasaan blog ini ketika saya menuangkan tulisan tulisan menyayat hati seperti ini.

Kalo sudah seperti ini, saya harus banyak-banyak menghirup udara dan menghembuskannya panjang-panjang, minum air putih sebanyak mungkin, mendengarkan musik sekeras mungkin, jika sempat dan bisa saya juga ingin berteriak. Kalo sudah seperti ini perut di sebelah kanan atas saya sakit sekali. Sampai saya harus menahannya sekuat mungkin.

Kadang menyebalkan juga mengalami hal seperti ini. Tapi seolah saya tidak punya pilihan lain selain menelannya mentah-mentah...

Semoga ditambah aja kesabaran saya...