Malam ini entah kenapa perasaan saya berantakan banget. Pengennya ngegalau, ngelamun, ngebayangin yang dulu-dulu, senyum-senyum sendiri, sedih-sedih sendiri, sebel-sebel sendiri, tidurpun sendiri... ehh kok jadi masuk lagu ya? Dan akhirnya saya putuskan untuk melakukan hobby saya seperti biasa, "JJM - Jalan Jalan Malam"
Kalo dulu waktu saya masih SMP sampe SMA gitu, saya hobby banget JJM, pake sepeda kesayangan saya. Kalo dulu arah tujuan saya tergolong cukup jelas, main ke rumah temen, kalo ga gitu nyewa komik. Kalo untuk nyewa komik aturannya sudah jelas lah ya, kamu tinggal cari komik yang pengen kamu pinjem, bayar biaya sewa, selesai baca dikembalikan tepat jatuh tempo peminjaman atau sebelumnya. Tapi kalo main ke rumah temen yang biasa saya lakukan adalah datang kesana, nungguin di ruang tamu agak lama'an, temen datang mulai basa basi, akhirnya masuk ke inti pembicaraan, dengerin curhatan dia. Emh... Sebentar, kok saya jadi merasa kaya cowok yang lagi PDKT ma cewek gitu ya. Baru sa... dar.
Oke, lanjut ke kegalauan saya malam ini. Kali ini saya pergi dengan sepeda motor kesayangan... bapak. Saya melaju ke tengah kota, berkendara dengan kecepatan 0 km/jam karena speedometer-nya rusak. Tapi bisa saya perkirakan kecepatannya antara 30 - 40 km/jam lah, ga kenceng-kenceng amat. Nyetir malam-malam gitu sebenernya bahaya, apalagi kalo kamu rabun senja. Sangat tidak disarankan. Saya terus menyetir sampai saya menemukan tujuan perjalanan saya, yaitu Pom Bensin.
Cukup banyak kendaraan yang mengantri di pom bensin tadi. Saya sendiri terjebak di salah satu deretan panjang tersebut. Pengen saya foto sih sebenernya buat ditampilin di blog, tapi disitu tertulis dilarang memotret. Pantesan saya ga pernah bertemu anak alay di pom bensin. Setelah satu liter lebih tangki motor saya terisi bensin, saya melaju lagi melanjutkan perjalanan saya semakin ke tengah kota, Jl Dhoho Kediri tempat teramai persis di tengah kota (mungkin).
Saya semakin galau karena disekeliling saya terlihat banyak orang sibuk lalu lalang, ada yang lagi berbelanja, ada yang lagi adu kecepatan, ada yang lagi nungguin nasi goreng, nyilangin tangan sambil lihatin wajan terus gitu dengan muka cemberut, ada juga yang lagi bingung cari parkiran, biasanya yang kaya gitu tu mobil-mobil. Hanya saya sepertinya yang lagi galau di tengah keramaian kota ini. Untung tadi sempet isi bensin, kalo tidak saya bisa berjalan di sepanjang keramaian ini sambil dorong motor. Saya memang lagi pengen galau. Dan dalam sebuah kegalauan perlu nilai plus di dalamnya, tapi ga se-luar biasa kaya gitu.
Di saat saya memikirkan nilai plus yang kaya gimana yang perlu ditambahin pas lagi galau. Nilai plus itu datang dengan sendirinya, hujan. Ga ada mendung, ga ada petir, tiba-tiba hujan gitu. Bisa bayangin ga? Langitnya dengerin isi hati saya ternyata. Pikiran saya langsung bingung, mau berteduh atau terus melaju. Kini tujuan saya sangat jelas, yaitu rumah. Saya pengen pulang.
Hujan malam ini tuh ga deras, ga gerimis, hanya hujan. Hujannya orang galau. Saya tiba-tiba merinding, saya membayangkan bagaimana kalo tadi saya ga ngisi bensin, trus waktu saya jalan sambil dorong motor, tiba-tiba hujan gitu. Galaunya bukan lagi luar biasa, tapi sempurna. Galau yang sempurna.
Saya terus mempercepat laju motor saya. Dan yang saya heran, tiap kali situasinya hujan kaya gini, dimana orang-orang pengen cepat sampai tujuan, ada beberapa orang resek yang mencoba merusak semuanya. Saya gambarkan dalam sebuah cerita pendek.
Jadi, ini bercerita tentang seorang pengendara yang pengen cepet nyampe rumah karena hujan. Disaat yang sama, beberapa orang tengah keluar dari sebuah rumah makan atau pusat perbelanjaan, oleh-oleh dan sebagainya menuju mobil mereka. Karena ini mobil, dan si tukang parkir berharap dapat duit lebih, dia ga peduli dengan keinginan si pengendara sepeda motor yang udah basah kuyup. Mobil itu berjalan pelan meninggalkan tempatnya parkir dan si pengendara sepeda motor. Bisa dibayangkan beberapa penumpang di dalamnya ketawa-ketawa kenyang, sambil merasakan tempat duduk yang nyaman dan hangat sambil lihatin hujan dari jendela mobil, sementara si pengendara sepeda motor lapar dan kedinginan, dan ngerasain air yang merembes ke baju dan celananya dan berharap si sopir mobil cepat sadar diri. Oke, kalo cerita barusan itu curhat.
Akhirnya saya basah kuyup kehujanan. Saya melewati satu jalan dimana disitu berjajar makanan dari mulai kacang goreng sampai martabak. Saya berhenti di salah satu rombong roti goreng. Roti goreng ini udah jadi langganan saya sejak saya berumur 14 tahun dan masih eksis sampai sekarang. Dulu roti goreng ini harganya 400 rupiah, dan sekarang jadi 800 rupiah. Dalam waktu 10 tahun harga roti goreng hanya naik 400 rupiah, naiknya 100%. Tapi kok beda ya sama BBM, dulu waktu umur 14 tahun bensin masih 2.000 rupiah, sekarang 6.500. Kalo ikut perbandingan harga roti goreng kan harusnya 4.000 rupiah kan? Oke, itu masalah beda, ga usah dilanjutin.
Saya pulang membawa sebungkus roti goreng hangat yang sudah bisa saya bayangkan rasanya dimakan pas hujan-hujan gini. Tapi, apa yang terjadi? Ketika memasuki pintu "Selamat Tinggal Kota Adipura", tiba-tiba ga hujan. Aspal dan tanah garing seperti tidak pernah ada yang membasahi mereka. Saya bingung, kenapa cuman daerah rumah saya yang ada di "kabupaten" saja yang tidak hujan?
Oke, memasuki daerah saya, saya menjadi sesosok makhluk yang kaya orang habis berenang, trus tiba-tiba pulang. Yang lain kering, saya basah sendiri. Ya udahlah gapapa, yang penting sudah sampe Home Sweet Home. Dan yang paling saya syukuri, galau saya hilang juga seiring hilangnya hujan malam ini. :-)

Fresh Graduate... identik dengan pencari kerja yang ekstrim, labil, dan masih awam. Kadang harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, kadang ada juga fresh graduate yang langsung mendapat pekerjaan yang diinginkan dengan gaji memuaskan. Ada juga yang mendapat perlakuan khusus semacam "dimasukkan" oleh saudara, teman maupun orang tua. Kadang malah ada yang terjebak di perusahaan kacau.

Saya sendiri pernah bekerja di 3 perusahaan berbeda. Entah apa maksud saya berpindah pindah pekerjaan seperti ini. Tapi, passion yang saya rasakan benar-benar tidak masuk pada ketiga perusahaan ini. Tidak ada yang bisa membuat saya mencintai pekerjaan maupun perusahaan tempat saya bernaung.

Pekerjaan saya yang pertama adalah bekerja sebagai operator telepon di sebuah kantor penjual barang elektronik. Saya mendapatkan pekerjaan ini lepas 4 bulan setelah saya merantau ke Jakarta. Ya memang... niat saya awalnya ingin melanjutkan study di Jakarta. Tapi kayanya ga deh, mengingat saya pernah merasakan pahit dan kerasnya hidup di Jakarta. Oke, selama 7 bulan saya bekerja menjadi operator telepon, jujur saja waktu itu saya benar-benar mencintai perusahaannya, tapi tidak dengan pekerjaan saya. Aneh? Iya! Bagaimana bisa orang yang tidak mencintai pekerjaannya tapi malah mencintai perusahaannya. Entah, apa yang ada di pikiran saya saat itu padahal saya bekerja dengan gaji pokok hanya Rp 200.000 per bulan tidak termasuk komisi tentu saja. Yang jelas saya pada waktu itu merasa nyaman dengan rekan maupun bos perusahaan tersebut. Tapi tidak dengan pekerjaannya yang cukup membuat bosan, dan capek. Pada akhirnya, saya terpaksa mengajukan pengunduran diri pada bulan Agustus tepat di tanggal kelahiran saya. Karena saya harus meneruskan study di Politeknik Negeri Malang.

Usai menjadi lulusan Politeknik Negeri Malang, saya diterima bekerja sebagai staff accounting di salah satu perusahaan kecil emh... atau saya sebut saya usaha jasa. Oh! Sama aja ya? Tapi bos saya dulu tidak membenarkan kalo usaha yang dirintis selama ini disebut sebagai perusahaan. Entah, mungkin sebagai kedok agar karyawannya tidak menuntut gaji UMR. Walau pada akhirnya, bos terpaksa menyanggupi tuntutan karyawan yang ingin digaji sebagaimana layaknya tapi dengan serangkaian aturan yang semakin mengikat dan menyebalkan bagi saya -_-

Oke, setelah setahun kurang satu bulan saya bekerja di kantor tersebut, saya mencoba mengundurkan diri dengan kabur. Tidak beretika, tidak sopan, kurang ajar, mayak, nglamak, oke terserah gimana sebutannya, saya terima saja. Toh, saya akui kalo saya itu kabur. Karena bos semakin mengikat dan mengekang karyawannya dengan dibumbui omelan omelannya yang jujur saja menurut saya tidak masuk akal. Terakhir saya dengar kabar dari karyawan-karyawan yang pernah sepenanggungan dengan saya mengambil keputusan yang sama seperti yang saya lakukan. Dari 9 orang menyisakan 1 orang saat ini di kantor tersebut, kebetulan orang terakhir adalah keponakan dari bos itu sendiri.

Kabur dari perusahaan yang tidak ingin disebut perusahaan, saya mencoba peruntungan saya untuk masuk perusahaan yang berskala lebih besar. Perusahaan air minum yang cukup terkenal dan men-jawa timur :-P. Saya hanya bekerja 3 bulan di perusahaan ini, alasannya? Macam-macam. Mulai dari usaha saya yang terkatung-katung di Malang mengharuskan saya mondar mandir Malang-Surabaya, capek, penat, bosen, ga ada tantangan, orang pusat cerewet, dll. Campur aduk rasanya saat itu. Akhirnya saya tidak memperpanjang kontrak percobaan saya 3 bulan. Dan saya memutuskan untuk resign akhir Desember.

Sebenarnya semua perusahaan sama. Yang membedakan adalah tekanannya. Perusahaan pertama tempat saya bekerja memiliki tekanan yang serius pada gaji dan pekerjaan. Dari bos sampai karyawan tidak pernah ada masalah serius yang menimbulkan pertikaian. Paling-paling ya masalah cinlok #UpsCurhat. Perusaahaan kedua saya terkenal aneh bahkan dianggap ilegal oleh sebagian orang yang tidak mengatahuinya. Perusahaan ini memiliki tingkat tekanan pekerjaan yang sulit, karena dihadapkan pada laporan keuangan dan pajak serta memiliki bos yang HOROR. Perusahaan ketiga memiliki penekanan yang berbeda dari sebelumnya, yaitu persaingan antar karyawan yang bahkan tidak segan segan menjebloskan karyawan lain ke jurang pengangguran alias dipecat.

Dari sini kita bisa menilai, manakah perusahaan yang cocok untuk kita bekerja. Tapi saya pikir, selama kita memiliki apa yang kita sukai dan cintai di dalam perusahaan atau pekerjaan itu saya yakin kita bisa bertahan menghadapi tekanan-tekanan semacam itu. Oke, Good Luck bagi kamu, bagi yang membaca, maupun bagi yang cuma lihat-lihat aja, Good Luck juga bagiku, Good Luck bagi semuanyaaa.... :-D

Kami Watermargin Collection menyediakan berbagai pakaian mulai dari baju rajut, blouse, dress sampai gamis...

Dijamin barang-barang dari kami harganya di bawah standart pasar dengan kualitas yang tidak murahan...

Jadi cocok untuk anda yang ingin menjadi reseller kami...

Belum lagi ditambah diskon menarik dari kami jika terdapat pembelian banyak ^^
5 PCS = Free ongkir utk beberapa kota tertentu
12 PCS = diskon 12.000

Anda sering beli ke toko kami?
Dapatkan diskon member ^^

Untuk koleksi lebih lengkapnya bisa dilihat di
FB : Watermargin Collection

Atau untuk info lebih lengkap lagi bisa hubungi
CP 1 : 089 614 941 805
CP 2 : 089 704 53  222
PIN BB : 27979609
PIN BB untuk join grup : 213F248A
What's App : 081 704 701 28

Ditunggu pesanannya sista... ^^

Best Regart,


Watermargin Collection


Contoh Produk dari Watermargin Collection

 Ayako Blouse - IDR 53.000

Butterfly Dress - IDR 55.000
Chesna Blouse - IDR 48.000

Azaro Dress - IDR 52.000

Lovely Batwing - IDR 32.000

Colorfull - IDR 32.000

Syall Dress - IDR 32.000

Monica Mini Dress - IDR 38.000

Set of Style - IDR 52.000

Awalnya karena melihat salah satu blog milik bapak Saptuari, Sedekah Rombongan. Ingin juga mempunyai kegiatan yang sangat bermanfaat seperti ini. Apalagi dengan kondisi saya yang memang sedang bermalas-malasan di kantor. Segera saya bicarakan hal ini dengan partner yang senantiasa mendampingi saya. Sesuai perkiraan dia pun setuju dengan apa yang saya inginkan. Tak lama kemudian kami mulai menghubungi beberapa teman untuk ikut bergabung dengan kami. Awalnya hanya sekitar 20 orang yang bergabung bersama kami. Saya pun tidak memaksa, hanya bantuan support dan doa saja saya sudah senang, apalagi ada bantuan dana dan tenaga. Beribu senang hati saya, semoga penyaluran ini nanti bisa tepat sasaran ^_^

Saya langsung searching ke internet untuk mencari target operasi yang bisa kami bantu. Target pertama kami ada Bu Ngatipah, kebetulan saya menemui postingan di sebuah web, yang saya juga lupa apa namanya. Bertempat di Gadang Gg II, kami meminta bantuan anggota kami (Tika dan Falihur) untuk meluncur ke lokasi. Alhamdulillah, mereka menemukannya. Target sudah ada, tinggal penggalangan dana. Dana yang kami kumpulkan memang tidak banyak. Tapi, Insya Allah dapat membantu untuk mencukupi kebutuhan hidup beliau.

Bu Ngatipah, adalah seorang buruh tani yang tinggal bersama anaknya. Di usianya yang sudah lanjut beliau masih bekerja keras untuk mencari sesuap nasi. Upah yang ia dapat hanya Rp 10.000 sehari. Itupun kalo ada panen atau masa tanam. Tapi jika tidak ada, Bu Ngatipah terpaksa mencari makan seadanya. Gabah yang ia dapat dari petani ia ambil berasnya. Untuk lauk, Bu Ngatipah mencari bayam liar yang tumbuh di sekitar rumahnya. Rumahnya terletak di tengah persawahan di Gadang. Tidak ada aliran listrik menuju rumahnya. Sebenarnya warga setempat sudah menawarkan listrik untuk bu Ngatipah, namun untuk makan saja sudah susah, tentu bu Ngatipah menolak dengan alasan tidak ada uang untuk bayar listrik. Sehingga di malam hari rumah Bu Ngatipah bagaikan rumah tak berpenghuni di tengah sawah.

Hatiku miris, ketika memasuki rumahnya siang itu bersama teman-teman GATA (Sebutan untuk gerakan kami). Waktu itu kami memberikan sembako dan uang untuk biaya hidupnya. Anggota kami juga masih sedikit yang bisa menyumbang tenaga waktu itu. Tidak apa pikirku, karena ini baru kegiatan awal. Semoga doa dan support masih mengiringi seluruh kegiatan kami. Amin :)

Kutemui, seorang ibu-ibu yang sudah terlihat sangat lelah menghadapi kerasnya dunia. Kami bercerita panjang lebar tentang kehidupannya. Dadaku sesak ketika mendengar semua ceritanya. Apalagi dengan melihat langsung kondisi rumahnya yang sudah tak layak huni. Tak ada ruang tamu di rumahnya, kami hanya duduk berdempetan di kursi panjang, sedangkan beliau duduk di tempat tidur yang sudah usang "Mboten wonten kursi, nduk. Lenggah ten meriki mawon nggih, mboten nopo nopo (Ga ada kursi, duduk disini aja ya, gapapa)" Ucapnya sambil menunjuk tempat tidur itu. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana dinginnya malam tidur di tempat ini. Bahkan aku tak tega membayangkan jika terjadi hujan lebat, apa yang akan terjadi di rumah ini.

"Kulo niki lagi... niki lho sirah mumet, ngelu ngelu, arep tumbas obat mboten gadah arta. Niki wau ditumbasaken obat limang atusan ndek apotek kaleh tiang niko (Saya ini sedang... ini lho sakit kepala, pusing pusing, mau beli obat ga punya uang. Ini tadi dibelikan obat 500an di apotek sama orang)" tuturnya menceritakan kondisinya saat ini. Hati saya miris, saya tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya dengan dana sumbangan yang berhasil kami kumpulkan, saya berikan pada bu Ngatipah. Semoga dapat meringankan beban hidupnya walau tak seberapa.

Lebih dari 6 bulan lamanya gerakan ini vakum karena kesibukan banyak pihak. Mulai dari pencarian target operasi dan lain-lain. Aku sempat berpikir, apa gerakan ini sudah tidak bisa bergerak lagi. Sempat sedih memikirkannya. Akhirnya, tepat dengan moment lebaran, saya dan Ika Yunita punya usul untuk membuat acara parcel sembako dan takjil gratis untuk dibagikan ke orang-orang yang kurang mampu.

Akhirnya acara berhasil kami laksanakan, Bakti Sosial pertama kami laksanakan hari Minggu, 14 Juli 2013 di Malang. Acara diikuti oleh Saya, Pondra, Ika, Fida, Dian, Hesi, Freddy, Indra, Danang, dan Very. Target pertama kami adalah seorang tukang sapu di pemakaman Sama'an. Beliau adalah Pak Met. Saya dengar beliau tidak mempunyai sanak saudara. Dan ternyata ketika saya bertemu dengannya beliau susah untuk bicara atau (maaf) gagu. Selain beliau ada juga korban penggusuran salah satu perumahan di Malang, Tukang becak, Janda dengan penghasilan yang minim, dan masih banyak lagi yang lain. Total yang berhasil kami salurkan adalah 9 parcel sembako untuk 9 keluarga, serta 75 takjil gratis ke pengemis, tukang becak, tukang sampah, dll.

Parcel Sembako & Takjil Baksos I, 14 Juli 2013

Pasukan Baksos I, 14 Juli 2013 (Dian, Ika, Indra,
Freddy, Pondra, Saya)

Target I : Bapak Met, Tukang Sapu kuburan

Target II : Tukang Becak

Target III : Tukang Jual Rangin yang sudah lama
berjualan di dekat kampus

Parcel Sembako & Takjil Baksos, 21 Juli 2013

 Pasukan Baksos II, 21 Juli 2013 (Pondra, Dian,
Danang, Saya, Ika dan Tom (yang foto))


Target IV : Korban Penggusuran

Target V : Janda 4 anak

Target VI : Ibu ibu Pengemis

Pasukan Baksos III, 28 Juli 2013 (Ika, Tika, Saya,
Ana, Dian, Firman, Falihur, Pondra, Rifky, dan Ervan)

Target VIII : Seorang ibu-ibu yang tinggal di desa
Buring, Malang

Target IX : Seorang ibu-ibu yang tinggal di desa
Buring, Malang

Pembagian Takjil Gratis untuk orang ga mampu,
saat itu posisi hujan deras di Malang

Persiapan pembuatan Parcel Sembako dan Takjil

Perjalanan menuju lokasi target operasi

Sebenarnya masih banyak foto-foto yang belum sempat terupload. Mungkin lain hari saya bisa menguploadnya. ^_^

Semoga dengan bantuan yang tidak seberapa ini, dapat meringankan beban hidup mereka, amin... ^_^
Jika ada beberapa teman yang sedang membaca ini tertarik untuk membantu kegiatan ini, kami menyediakan tempat untuk bergabung :)
Untuk lebih lengkapnya bisa melalui facebook : https://www.facebook.com/groups/gerakanamaltepiair/
Terima kasih ^_^

Puas banget melewati hari ini dengan seribu godaan yang membuat kepala cenut-cenut sampe hati mangkel semangkel mangkelnya. Rasanya pengen ngacak-ngacak berkas yang ada di depan saya. Terus mecahin barang-barang yang ada di depan saya pula. Mulai dari internetan, kerjaan, game, sampe customer bikin saya emosi.

OHH MY GOD....
Tolong beri saya sejuta kesabaran biar bisa menghadapi seribu cobaan di depan saya. Entah kenapa tulisan adalah tempat curhat yang paling dan sangat tepat bagi saya. Padahal dia diem, ga berusaha nenangin, hal yang menyedihkan atau pun menyenangkan tetep aja ni kertas ehmm maksud saya blog diem aja. Kadang pengen tau perasaan blog ini ketika saya menuangkan tulisan tulisan menyayat hati seperti ini.

Kalo sudah seperti ini, saya harus banyak-banyak menghirup udara dan menghembuskannya panjang-panjang, minum air putih sebanyak mungkin, mendengarkan musik sekeras mungkin, jika sempat dan bisa saya juga ingin berteriak. Kalo sudah seperti ini perut di sebelah kanan atas saya sakit sekali. Sampai saya harus menahannya sekuat mungkin.

Kadang menyebalkan juga mengalami hal seperti ini. Tapi seolah saya tidak punya pilihan lain selain menelannya mentah-mentah...

Semoga ditambah aja kesabaran saya...

Saya ingin berteriak di saat-saat seperti ini...
Menggebrak meja, menendang kursi, maupun memecahkan beberapa benda...
Pikiran saya kacau apabila saya dibingungkan dengan sebuah hal yang menjengkelkan seperti ini...
Saya ingin tidur saja atau main game, atau ngapain gitu kek biar saya ini nggak sebal seperti ini...

Ya... ya... ya...
Saya akan mencoba mengerti keadaan siapapun yang ada di samping saya...
Saya harus mencoba memahami apa mau mereka...

Oh tidak... tidak...
Anda tidak perlu memahami apa mau saya, atau apapun yang terjadi dengan saya...
Cukup itu menjadi masalah buat saya sendiri...
Anggap saja saya tidak terlihat, terdengar, oleh anda...
Jadi anda-anda sekalian tidak perlu pusing mencari tahu kondisi saya, saya akan berusaha baiiiikkkkkk di hadapan anda semua...

Cukup saya yang sebal dengan masalah yang saya alami sendiri...
Cukup saya yang mencari jalan keluar untuk masalah saya sendiri...
Dan cukup saya yang mengetahui jalan hidup saya...
Ya.... Cukup saya sendiri...

Anda tidak perlu memaksakan diri anda untuk mengerti isi hati saya...
Cukup anda-anda yang mencoba memberikan persoalan dengan perilaku anda-anda yang membuat saya
harus mencari jawaban sendiri tentang apa yang anda pikirkan dan rasakan...
Saya memang tidak peka dan tidak perasa...
Saya akui itu, sangaaaaat saya akui...

Ahh... sudahlah, cukup itu menjadi problem saya sendiri...
Terima kasih, waktunya untuk pulang....

Apa yang harus aku tulis?