Kami Watermargin Collection menyediakan berbagai pakaian mulai dari baju rajut, blouse, dress sampai gamis...

Dijamin barang-barang dari kami harganya di bawah standart pasar dengan kualitas yang tidak murahan...

Jadi cocok untuk anda yang ingin menjadi reseller kami...

Belum lagi ditambah diskon menarik dari kami jika terdapat pembelian banyak ^^
5 PCS = Free ongkir utk beberapa kota tertentu
12 PCS = diskon 12.000

Anda sering beli ke toko kami?
Dapatkan diskon member ^^

Untuk koleksi lebih lengkapnya bisa dilihat di
FB : Watermargin Collection

Atau untuk info lebih lengkap lagi bisa hubungi
CP 1 : 089 614 941 805
CP 2 : 089 704 53  222
PIN BB : 27979609
PIN BB untuk join grup : 213F248A
What's App : 081 704 701 28

Ditunggu pesanannya sista... ^^

Best Regart,


Watermargin Collection


Contoh Produk dari Watermargin Collection

 Ayako Blouse - IDR 53.000

Butterfly Dress - IDR 55.000
Chesna Blouse - IDR 48.000

Azaro Dress - IDR 52.000

Lovely Batwing - IDR 32.000

Colorfull - IDR 32.000

Syall Dress - IDR 32.000

Monica Mini Dress - IDR 38.000

Set of Style - IDR 52.000

Awalnya karena melihat salah satu blog milik bapak Saptuari, Sedekah Rombongan. Ingin juga mempunyai kegiatan yang sangat bermanfaat seperti ini. Apalagi dengan kondisi saya yang memang sedang bermalas-malasan di kantor. Segera saya bicarakan hal ini dengan partner yang senantiasa mendampingi saya. Sesuai perkiraan dia pun setuju dengan apa yang saya inginkan. Tak lama kemudian kami mulai menghubungi beberapa teman untuk ikut bergabung dengan kami. Awalnya hanya sekitar 20 orang yang bergabung bersama kami. Saya pun tidak memaksa, hanya bantuan support dan doa saja saya sudah senang, apalagi ada bantuan dana dan tenaga. Beribu senang hati saya, semoga penyaluran ini nanti bisa tepat sasaran ^_^

Saya langsung searching ke internet untuk mencari target operasi yang bisa kami bantu. Target pertama kami ada Bu Ngatipah, kebetulan saya menemui postingan di sebuah web, yang saya juga lupa apa namanya. Bertempat di Gadang Gg II, kami meminta bantuan anggota kami (Tika dan Falihur) untuk meluncur ke lokasi. Alhamdulillah, mereka menemukannya. Target sudah ada, tinggal penggalangan dana. Dana yang kami kumpulkan memang tidak banyak. Tapi, Insya Allah dapat membantu untuk mencukupi kebutuhan hidup beliau.

Bu Ngatipah, adalah seorang buruh tani yang tinggal bersama anaknya. Di usianya yang sudah lanjut beliau masih bekerja keras untuk mencari sesuap nasi. Upah yang ia dapat hanya Rp 10.000 sehari. Itupun kalo ada panen atau masa tanam. Tapi jika tidak ada, Bu Ngatipah terpaksa mencari makan seadanya. Gabah yang ia dapat dari petani ia ambil berasnya. Untuk lauk, Bu Ngatipah mencari bayam liar yang tumbuh di sekitar rumahnya. Rumahnya terletak di tengah persawahan di Gadang. Tidak ada aliran listrik menuju rumahnya. Sebenarnya warga setempat sudah menawarkan listrik untuk bu Ngatipah, namun untuk makan saja sudah susah, tentu bu Ngatipah menolak dengan alasan tidak ada uang untuk bayar listrik. Sehingga di malam hari rumah Bu Ngatipah bagaikan rumah tak berpenghuni di tengah sawah.

Hatiku miris, ketika memasuki rumahnya siang itu bersama teman-teman GATA (Sebutan untuk gerakan kami). Waktu itu kami memberikan sembako dan uang untuk biaya hidupnya. Anggota kami juga masih sedikit yang bisa menyumbang tenaga waktu itu. Tidak apa pikirku, karena ini baru kegiatan awal. Semoga doa dan support masih mengiringi seluruh kegiatan kami. Amin :)

Kutemui, seorang ibu-ibu yang sudah terlihat sangat lelah menghadapi kerasnya dunia. Kami bercerita panjang lebar tentang kehidupannya. Dadaku sesak ketika mendengar semua ceritanya. Apalagi dengan melihat langsung kondisi rumahnya yang sudah tak layak huni. Tak ada ruang tamu di rumahnya, kami hanya duduk berdempetan di kursi panjang, sedangkan beliau duduk di tempat tidur yang sudah usang "Mboten wonten kursi, nduk. Lenggah ten meriki mawon nggih, mboten nopo nopo (Ga ada kursi, duduk disini aja ya, gapapa)" Ucapnya sambil menunjuk tempat tidur itu. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana dinginnya malam tidur di tempat ini. Bahkan aku tak tega membayangkan jika terjadi hujan lebat, apa yang akan terjadi di rumah ini.

"Kulo niki lagi... niki lho sirah mumet, ngelu ngelu, arep tumbas obat mboten gadah arta. Niki wau ditumbasaken obat limang atusan ndek apotek kaleh tiang niko (Saya ini sedang... ini lho sakit kepala, pusing pusing, mau beli obat ga punya uang. Ini tadi dibelikan obat 500an di apotek sama orang)" tuturnya menceritakan kondisinya saat ini. Hati saya miris, saya tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya dengan dana sumbangan yang berhasil kami kumpulkan, saya berikan pada bu Ngatipah. Semoga dapat meringankan beban hidupnya walau tak seberapa.

Lebih dari 6 bulan lamanya gerakan ini vakum karena kesibukan banyak pihak. Mulai dari pencarian target operasi dan lain-lain. Aku sempat berpikir, apa gerakan ini sudah tidak bisa bergerak lagi. Sempat sedih memikirkannya. Akhirnya, tepat dengan moment lebaran, saya dan Ika Yunita punya usul untuk membuat acara parcel sembako dan takjil gratis untuk dibagikan ke orang-orang yang kurang mampu.

Akhirnya acara berhasil kami laksanakan, Bakti Sosial pertama kami laksanakan hari Minggu, 14 Juli 2013 di Malang. Acara diikuti oleh Saya, Pondra, Ika, Fida, Dian, Hesi, Freddy, Indra, Danang, dan Very. Target pertama kami adalah seorang tukang sapu di pemakaman Sama'an. Beliau adalah Pak Met. Saya dengar beliau tidak mempunyai sanak saudara. Dan ternyata ketika saya bertemu dengannya beliau susah untuk bicara atau (maaf) gagu. Selain beliau ada juga korban penggusuran salah satu perumahan di Malang, Tukang becak, Janda dengan penghasilan yang minim, dan masih banyak lagi yang lain. Total yang berhasil kami salurkan adalah 9 parcel sembako untuk 9 keluarga, serta 75 takjil gratis ke pengemis, tukang becak, tukang sampah, dll.

Parcel Sembako & Takjil Baksos I, 14 Juli 2013

Pasukan Baksos I, 14 Juli 2013 (Dian, Ika, Indra,
Freddy, Pondra, Saya)

Target I : Bapak Met, Tukang Sapu kuburan

Target II : Tukang Becak

Target III : Tukang Jual Rangin yang sudah lama
berjualan di dekat kampus

Parcel Sembako & Takjil Baksos, 21 Juli 2013

 Pasukan Baksos II, 21 Juli 2013 (Pondra, Dian,
Danang, Saya, Ika dan Tom (yang foto))


Target IV : Korban Penggusuran

Target V : Janda 4 anak

Target VI : Ibu ibu Pengemis

Pasukan Baksos III, 28 Juli 2013 (Ika, Tika, Saya,
Ana, Dian, Firman, Falihur, Pondra, Rifky, dan Ervan)

Target VIII : Seorang ibu-ibu yang tinggal di desa
Buring, Malang

Target IX : Seorang ibu-ibu yang tinggal di desa
Buring, Malang

Pembagian Takjil Gratis untuk orang ga mampu,
saat itu posisi hujan deras di Malang

Persiapan pembuatan Parcel Sembako dan Takjil

Perjalanan menuju lokasi target operasi

Sebenarnya masih banyak foto-foto yang belum sempat terupload. Mungkin lain hari saya bisa menguploadnya. ^_^

Semoga dengan bantuan yang tidak seberapa ini, dapat meringankan beban hidup mereka, amin... ^_^
Jika ada beberapa teman yang sedang membaca ini tertarik untuk membantu kegiatan ini, kami menyediakan tempat untuk bergabung :)
Untuk lebih lengkapnya bisa melalui facebook : https://www.facebook.com/groups/gerakanamaltepiair/
Terima kasih ^_^

Puas banget melewati hari ini dengan seribu godaan yang membuat kepala cenut-cenut sampe hati mangkel semangkel mangkelnya. Rasanya pengen ngacak-ngacak berkas yang ada di depan saya. Terus mecahin barang-barang yang ada di depan saya pula. Mulai dari internetan, kerjaan, game, sampe customer bikin saya emosi.

OHH MY GOD....
Tolong beri saya sejuta kesabaran biar bisa menghadapi seribu cobaan di depan saya. Entah kenapa tulisan adalah tempat curhat yang paling dan sangat tepat bagi saya. Padahal dia diem, ga berusaha nenangin, hal yang menyedihkan atau pun menyenangkan tetep aja ni kertas ehmm maksud saya blog diem aja. Kadang pengen tau perasaan blog ini ketika saya menuangkan tulisan tulisan menyayat hati seperti ini.

Kalo sudah seperti ini, saya harus banyak-banyak menghirup udara dan menghembuskannya panjang-panjang, minum air putih sebanyak mungkin, mendengarkan musik sekeras mungkin, jika sempat dan bisa saya juga ingin berteriak. Kalo sudah seperti ini perut di sebelah kanan atas saya sakit sekali. Sampai saya harus menahannya sekuat mungkin.

Kadang menyebalkan juga mengalami hal seperti ini. Tapi seolah saya tidak punya pilihan lain selain menelannya mentah-mentah...

Semoga ditambah aja kesabaran saya...

Saya ingin berteriak di saat-saat seperti ini...
Menggebrak meja, menendang kursi, maupun memecahkan beberapa benda...
Pikiran saya kacau apabila saya dibingungkan dengan sebuah hal yang menjengkelkan seperti ini...
Saya ingin tidur saja atau main game, atau ngapain gitu kek biar saya ini nggak sebal seperti ini...

Ya... ya... ya...
Saya akan mencoba mengerti keadaan siapapun yang ada di samping saya...
Saya harus mencoba memahami apa mau mereka...

Oh tidak... tidak...
Anda tidak perlu memahami apa mau saya, atau apapun yang terjadi dengan saya...
Cukup itu menjadi masalah buat saya sendiri...
Anggap saja saya tidak terlihat, terdengar, oleh anda...
Jadi anda-anda sekalian tidak perlu pusing mencari tahu kondisi saya, saya akan berusaha baiiiikkkkkk di hadapan anda semua...

Cukup saya yang sebal dengan masalah yang saya alami sendiri...
Cukup saya yang mencari jalan keluar untuk masalah saya sendiri...
Dan cukup saya yang mengetahui jalan hidup saya...
Ya.... Cukup saya sendiri...

Anda tidak perlu memaksakan diri anda untuk mengerti isi hati saya...
Cukup anda-anda yang mencoba memberikan persoalan dengan perilaku anda-anda yang membuat saya
harus mencari jawaban sendiri tentang apa yang anda pikirkan dan rasakan...
Saya memang tidak peka dan tidak perasa...
Saya akui itu, sangaaaaat saya akui...

Ahh... sudahlah, cukup itu menjadi problem saya sendiri...
Terima kasih, waktunya untuk pulang....

Apa yang harus aku tulis?

Pandangan anda sudah sangat berbeda dari sebelumnya. Membuat amarah saya meluap. Membuat kaki saya gemetar. Membuat mata saya memerah. Sudah cukup, dengan ini saja. Sudah cukup sampai disini saja, saya mengerti anda. Kenyataannya saya bukanlah orang yang baik untuk mengerti apa yang anda pikirkan.

Inilah saya, saya dengan segala kekurangan saya. Inilah saya, saya dengan seluruh kebrengsekan saya. Saya yang hanya mengijinkan orang orang yang khusus, yang hanya bisa melihat pribadi saya, melihat isi hati saya, menyentuh hati saya. Saya akan berusaha bertahan demi orang yang memang ingin bertahan dengan saya. Bukan menyalahkan saya, menghina saya, atau memojokkan saya. Kenapa anda harus memandang saya seperti itu?

Menilai rendah apa yang saya lakukan. Menilai rendah apa yang saya pikirkan. Berjuang untuk sesuatu yang saya inginkan. Anda sama sekali tidak mendukung saya, malah terkesan memojokkan saya. Haaa... sudah cukup bualan anda kepada saya. Saya yang sudah sangat sulit untuk mempercayai orang, tidak akan membuka hati kembali pada anda.



Saya tidak tahu apa yang bisa saya perbuat dengan keadaan semacam ini. Yang jelas perasaan kecewa yang sangat tajam seakan menusuk hati saya yang paling dalam. Perasaan ini sama sakitnya dengan perasaan dimana anda tidak dipercaya oleh sahabat baik anda. Sama sakitnya dengan perasaan dimana orang didekat anda mempermainkan perasaan anda. Anda seakan diberi harapan palsu yang seolah olah membawa kita menuju harapan yang nyata dan membara. Tapi apa yang anda dapat? Anda mendapatkan sebuah rasa kecewa yang besar dan kenyataan yang pahit yang mau tidak mau anda makan mentah-mentah.

Tidak ada kalimat positif yang dapat mendukung perasaan anda untuk tetap bertahan dengan keadaan yang ada. Berbagai pikiran positif seakan dihalau oleh gerbang kekecewaan dan guratan luka yang mendalam. Luapan emosi juga sudah tak terbendung lagi. Hanya himpitan air mata yang berusaha meruak keluar yang membuat kita tetap harus menahan luka dan memperkaya sabar.

Ya... memang kita belajar tentang ribuan sabar disini. Tanpa kita sadari, kita dimakan oleh perasaan sabar itu sendiri. Bagaimanapun kesabaran seseorang sangat terbatas. Namun, jika pikiran positif yang selama ini mendukung kita menghilang bagaikan sebuah debu yang tertiup angin, apakah kita sebagai manusia biasa sanggup untuk terus bersabar.

Berucap, terus berucap, terus berucap, sampai tak kering...
Berpikir, terus berpikir, terus berpikir, sampai tak lelah...
Menahan, terus menahan, terus menahan, sampai tak penuh...

Akhirnya hanya berakhir dengan doa dan air mata...