Hati...
Telah menjadi karang
Tak peduli berapa besar ombak menghempasnya
Seberapa kuat badai menghantamnya

Serpihan kepercayaan
Menjadi pondasi hati yang semakin sakit
Dibayangi mendung masa lalu
Terukir jejak yang tak berbekas

Hujan menjadi selimut duri di setiap harinya
Gemuruh ombak menjadi teman bahagianya
Semua mengitarinya
Karang pun tersenyum
Bangga akan kekuatan dirinya

Karang itu tidak menangis
Tidak tertawa
Hanya tersenyum
Percaya... Dan
Lelah...

Lihatlah, matahari bersinar
Di atas karang yang sendu
Masih berselimut duri
Matahari tak tahu dan tak akan tahu
Karena karang tetap kokoh bersamanya

Nyanyian pelangi tak pernah membuat tenang
Matahari selalu menantinya
Dibalik rintik hujan perak
Hujan menjadi masa lalu perih bagi sang karang
Tak mampu merubah keyakinan matahari terhadapnya

Hanya memandang jauh...
Sendu dan tersenyum
Menatap matahari dibalik bayang-bayang pelangi...

Sesaat semua ini seperti sesuatu yang saya tunggu... Tapi tetap saja membuat saya berpikir, benarkah apa yang saya lakukan? Apakah tidak terlalu bodohkah saya? Mengharap semua ini cepat berakhir namun tidak ada yang saya akhiri. Tidak ada tindakan untuk menyelesaikannya. Tidak... Saya hanya terus membangun pondasi kepercayaan yang entah saya dapat dari mana. Rasanya semua yang saya lakukan ini akan sia-sia, hanya kekuatan yang saya dapat. Kekuatan untuk menahan hantaman ombak yang tidak menentu. Dinding yang saya bangun terlalu kuat sampai orang lain memandang heran. Ataukah ini suatu bentuk ketidakpedulian? Tidak peduli sedahsyat dan sehebat apa ombak itu, saya tetap bertahan. Tapi, benarkah apa yang saya lakukan? Tidakkah ini terlalu tergesa-gesa. Tergesa-gesa untuk siap menerima rasa yang tak terbayangkan. Selalu diam... bertindak ceroboh... dan menyesal.

Diam... Diam... Saya selalu terdiam. Ketika hati dan pikiran mengoyak kinerja otak saya. Saya diam... Tak peduli keadaan sekitar. Saya tidak ingin membuat orang berpikir betapa anehnya saya. Tapi, dengan perilaku saya yang seperti itu justru menampakkan betapa anehnya saya. Sekali lagi saya diam. Sibuk dengan perasaan saya sendiri. Sibuk merasakan denyut nadi, detak jantung, bahkan rasa sakit yang ada di tubuh saya. Sampai orang lain tak ku ijinkan masuk untuk mengetahui apa yang kurasa sebenarnya. REAL!!! Perasaan sebenarnya yang hanya saya dan Allah saja yang tahu. Setiap hari saya selalu gelisah. Saya tahu penyebabnya, tapi saya tidak mau cerita. Cukup ini menjadi masalah pribadi saya, dan hanya saya yang bisa menyelesaikan. Kurasa tulisan ini hanya bentuk kegalauan dan kekesalan sesaat atas ketidakstabilan perasaan saya saat ini.

Tugas... Tekanan... Target... Deadline...
Huff... Semua berputar putar di kepala saya... Sampai kapan????
Pengen mengakhiri dan melupakan semuanya... SEMUA!!! Tanpa terkecuali!!!
Pengen banget bisa konsentrasi pada satu hal. Tapi, semua rasanya mengerubungi kepala saya dan berputar2, Ahh... Udah bubar... BUBAR!!! Pergi sana!!! Jujur saja saya capek, pengen istirahat. Tapi ini tahun yang berat dalam hidup saya. Berbagai masalah masuk begitu saja. Masalah kuliah, sosial sampe masalah hati pun ikut2an. Tuh kan kompak... Kalo kayak gini aja mereka kompak. Menyebalkan... Tapi semua ini harus saya jalani dengan muka tersenyum. Syalalalalalala, kayak orang gila lama2 saya ini. Sekali lagi, pertanyaannya adalah SAMPAI KAPAN???? Sampai kapan saya gini terus???
Pengen kerja aja rasanya... Lembur, kerja keras, dapet duit. Lah ini, lembur, kerja keras, bukannya dapet ilmu, malah dapet tekanan yang terus2an. Hufff... Capek! Tapi, ada juga sih yang nggak setuju dengan pendapat saya. Ya, memang semua ini bakal saya jalani kok. Tenang aja... Kegilaan saya masih dibawah akut kok. Kalo akut gimana? Ya... masuk rumah sakit jiwa lah... Paling tidak saya belum membutuhkan seorang psikolog untuk saat ini. Tapi, butuh sesuatu yang bisa dimarah2i, ditonjok, dan dianiaya. Disaat semua ini saya butuhkan, selalu saja ada kendalanya. Membuat saya semakin gila dan semakin banyak melongo. Pernah suatu hari saya membayangkan diri saya duduk di pinggir jembatan sambil menggoyang2kan tangan saya ke jalan. Autis banget... Amit2!! Jangan sampe saya kayak gitu...
Yah, saya hanya berharap cobaan ini segera berakhir dan saya bisa melaluinya dengan lancar... Amin... :-)