Jika ditelusuri lebih jauh, aku tak pernah tahu sejak kapan aku mulai menyukaimu. Aku juga tidak bisa menghitung berapa lama aku memendam perasaan ini padamu. Ribuan harapan benar-benar terlukis jelas di raut wajahku ketika aku  memandangmu. Walau kau tak pernah tahu apa yang kurasakan selama ini. Yang ku tahu hanya satu, aku menyukaimu…
Kami memang sudah kenal sejak 2 tahun yang lalu. Ketika pertama kali kami bertemu di perkumpulan pecinta Jepang. Tapi tentu saja, aku tidak langsung serta merta menyukaimu. Semua bermula ketika kami sering beda pendapat dan bertengkar. Rupanya kamu ini sosok yang cukup usil bagiku. Freddy, begitulah namamu. Namaku sendiri adalah Khania. Dia sangat ramah pada semua orang, entah itu pria atau wanita. Pengetahuannya tentang Jepang membuatku sangat kagum padanya. Katanya dia pernah pergi ke negeri sakura tersebut.
Ternyata keakraban yang ku jalin dengannya membuat aku memiliki perasaan khusus terhadapnya. Sampai, setiap kali dia akrab dengan wanita lain, aku sudah sangat cemburu. Seperti hari ini, aku dibuatnya cemburu lagi.
“Nih lihat, Nya. Ini temanku di Jepang. Kamu gak punya kan? Dia juga orang Indonesia. Haha, udah lama gak chat ma ni anak,” kata Freddy sembari memperlihatkan facebook­ nya. Aku melihat chat yang ia maksud. Aku terkejut ada kata-kata “honey” disana.
“Ehm, Fred. Dia manggil kamu “Honey”?” tanyaku.
“Iya, kenapa? Oh ya, aku kan belum cerita ya. Dia ini mantanku. Ketika aku balik ke Indonesia, ga berselang lama kami putus. Dasar ni anak, kebiasaan lama gak hilang-hilang. Wajar sih, aku ma dia jadian udah lama banget. Sejak…. Kelas 2 SMP sampe masuk semester pertama kuliah. Berapa ya? Kurang lebih 5 sampe 6 tahunan lah,” ujarnya. Sepintas terlihat senyum mengembang di wajahnya. Aku tahu, sampai saat ini, dia pasti masih menyukainya.
“Hmm… kok bisa putus? Kan sayang, udah lama banget jadiannya,” ucapku menutupi rasa cemburuku.
“Dia gak terima aja aku balik ke Indonesia. Yah… aku menghargai apapun keputusan dia. Kenapa sih tanya-tanya? Kayak wartawan aja.”
Rasanya sudah tidak ada harapan lagi untukku. Aku mulai ragu akan kelangsungan cintaku ini kelak. Tapi, rasa ini pun semakin hari semakin besar padanya. Tak mungkin rasanya bagiku untuk menghentikannya. Aku hanya bisa memendam perasaan ini di lubuk hatiku yang paling dalam.

Sudah 3 bulan berlalu, sejak aku tahu bahwa dia masih memiliki perasaan pada mantannya. Dari password facebook sampe laptop adalah nama mantannya. Tentu saja, dia tak menyebutkan padaku siapa nama mantannya. Aku mulai menjauhinya perlahan-lahan. Begitu juga di bangku kuliah seperti ini. Ahh… aku merasa seperti anak kecil saja. Ketika aku berniat menyapanya, dia melempariku secarik kertas. Kubuka kertas itu, disana jelas tertulis Kemarin aku ditraktir pizza sama Bang Hadi. Haha.
Apa-apaan sih dia? Kenapa harus pamer ke aku coba? Kubalas dengan menulis Trus hubungannya sama aku apa? Kulempar balik kertas itu sampai tepat mengenai kepalanya. Dia mengaduh sedikit, aku pun tersenyum geli. Tak lama, kertas itu kembali padaku dengan tulisan Gapapa, salah sendiri gak ikut. Coba kamu ikut. Pasti dapat traktiran juga. =))
Aku selalu kesal terhadap perilakunya yang sering menyebalkan seperti ini. Terkadang memang dia baik dan ramah, tapi kalau sudah kembali seperti biasa, dia bakal bersikap menyebalkan seperti ini. Tapi, tetap saja aku tidak bisa membencinya. Karena seakan aku sudah buta oleh perasaanku yang semakin dalam padanya.
Aku semakin tidak tahan terhadap ulahnya setiap hari. Aku juga dihujani rindu ketika tak bisa bertemu dengannya. Saat liburan semester ini pun, aku tidak bisa bertemu dengannya walaupun ingin. Dia pergi ke Denpasar, untuk bertemu dengan sanak saudaranya sekaligus berlibur disana. Aku mengikuti status facebook nya. Liburannya terlihat sangat mengasyikkan. Tak jarang pula, dia meng-upload foto terbarunya. Membuatku iri.
Ternyata rindu ini sudah mencapai batasnya. Perasaan ini pun sudah meluap tak karuan. Aku bertekad menyatakan perasaanku ketika dia pulang dari Denpasar nanti. Segenap kekuatan ku bangun agar aku tak merasa canggung atau salah tingkah di hadapannya.
Tapi, rupanya keberanianku tak seperti yang ku kira. Akhirnya aku hanya bisa mengiriminya pesan. Fred, udah lama banget da sesuatu yang pengen aku omongin ke kamu. Tapi ga sempet2… satu lagi, setelah aku ngomong gini, aku mohon jangan berubah atau gimana terhadapku ya. Aku mengirim pesan tersebut dengan keberanian yang sudah sangat luar biasa bagiku.
Rasanya ada sedikit rasa sesal juga mengirimkannya. Tapi, tak lama kemudian dia membalasnya. Ada apa? Aku melongo melihat balasannya. Singkat banget. Tapi, itu sudah jadi ciri khasnya. Kulanjutkan apa yang sudah aku niati dari awal. Jadi gini, ga tau kenapa ya, dari awal tuh aku da perasaan khusus ke kamu. Yah… kamu pasti tau lah. Kadang juga aku kepikiran kamu. Perasaan ini gak ganggu kamu kan?
Cukup lama aku menanti balasan darinya. Sampai aku salah tingkah sendiri di dalam kamar. Sampai sebuah pesan darinya mengejutkanku. Haha, udah ketahuan kok dari awal. Santai aja. Aku melongo melihat balasan yang ga pernah kukira itu. Oh gitu ya, mang tau dari siapa? Lagi-lagi dia hanya membalasnya singkat dan menyebalkan seperti biasa. Ada deh.
Ya udah entah dari siapa kamu tahu, aku cuman pengen ngomong gitu. Ada perasaan lega ketika aku usai menyatakan perasaanku. Sampai aku terbangun di esok harinya. Dia tidak membalas pesanku. Aku gundah lagi, lalu bagaimana perasaannya terhadapku?
Aku tak menyangka, karena pesanku itu, kini tercipta jarak diantara kami. Aku dan dia tak lagi seakrab dulu. Bahkan dia juga jarang menggodaku seperti biasanya. Perasaan sesal menyelimuti hatiku. Sikapnya yang terlalu biasa, membuatku patah hati. Dari sikapnya tersebut, aku bisa menemukan jawabannya. Dia tak ada perasaan apapun padaku.
Suatu ketika, saat mengadakan sharing di perkumpulan pecinta Jepang, aku dan dia datang lebih dulu. Kupikir aku sudah terlambat, tapi aku malah terjebak di situasi yang tak pernah aku inginkan saat ini. aku benar-benar canggung untuk memulai pembicaraan. Rupanya, Freddy membuka  pembicaraan terlebih dulu yang ternyata membahas kejadian waktu itu.
“Nya… Kamu tuh cewek baik-baik. Ramah, kadang-kadang kamu juga lucu. Aku suka kok sama kamu. Tapi, maaf ya, kayaknya kita ga bisa lebih. Lagian aku juga lagi gak mikirin urusan begituan. Serius kuliah dulu aja, trus menggeluti dunia kerja,” ucapnya.
Aku tertegun. Tapi aku sudah bisa menyembunyikan perasaan kecewaku terhadapnya. “Iya, nyantai aja kali. Lagian kan aku cuman pengen ngomong aja. Kalo aku sih juga lagi pengen serius kuliah. Trus ntar kerja, bantu orang tua di rumah.” Dia hanya tersenyum mendengar jawabanku. Tak lama, teman-teman datang, sehingga suasana kembali cair seperti biasa.
Aku kembali ke kehidupanku yang biasa. Berteman akrab dengannya dan saling menjahili seperti biasa. Tapi, sikapnya yang menyebalkan selalu membuatku ingin marah. Sikapnya yang sekarang semakin membuatku kesal. Dia seenaknya sendiri meminta bantuanku. Dan aku selalu ada untuk dia. Tapi, tidak berlaku sebaliknya. Entah apa yang membuatnya berubah semakin menyebalkan.
Sampai tak kuduga, aku mendengar sebuah gosip dia akan kembali ke Jepang. Aku kaget bukan main mendengarnya. Tanpa ragu, aku menanyakan padanya perihal hal itu. “Fred, apa bener, minggu depan kamu balik ke Jepang?” tanyaku.
“Iya, mang kenapa?”
“Trus, kuliah kamu gimana?”
“Aku ngambil cuti. Hehe, ga papa lah. Biarin lah, mundur setahun lulusnya,” katanya sambil cengar cengir.
Aku terkejut bukan main mendengar pernyataan itu darinya. Ingin rasanya aku memohon padanya untuk jangan pergi. Tapi sekali lagi, aku bukan siapa-siapa. Tidak berhak bagiku untuk menahan kepergiannya.
Akhirnya aku melepas kepergian Freddy tanpa bisa menahannya lagi. Aku pun juga tak sempat mengantarkannya pergi ke bandara. Rasanya kemarin itu adalah pertemuan terakhirku dengannya. Aku sangat berharap dia akan kembali. Dan kami bercanda seperti biasa.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Rasanya sudah lama sekali aku tak melihat wajahnya. Sampai beberapa hari semua baik-baik saja. Tapi, entah kenapa rasanya aku ingin melihat wajahnya walau hanya sekedar foto. Sekalian saja aku membuka facebook ku, siapa tahu juga dia sedang online. Aku pun mencari café terdekat yang memiliki fasilitas wifi gratis. Dengan perasaan tak sabar aku pun membuka akun facebook ku. Dua puluh tiga pemberitahuan terpampang jelas disana. Sampai aku menemukan sebuah status di berandaku tentang kabar Freddy. Freddy Yamaotoko in relationship with Mikan no Yuki.
Sekali lagi aku membacanya. Apa ini? Benarkah dia Freddy yang kusukai? Mikan no Yuki? Aku pernah melihat nama akun ini sebelumnya. Bukankah dia mantan Freddy? Tapi, kenapa? Apa yang terjadi? Status itu telah merusak kinerja otakku. Bahkan juga sukses menghancurkan hatiku. Rupanya, perkataannya padaku saat itu, hanya omongan lalu sekedar membuat hatiku lega. Saat itu juga aku ingin menangis, tapi tak ada air mata yang keluar dari kelopak mataku.
Aku mencoba menenangkan hatiku yang kacau dan hancur berantakan. Aku sangat kecewa. Sudah kuduga, dia tak akan bisa melupakan mantan kekasihnya. Apalagi, kini Freddy sudah kembali ke negeri dimana mantan kekasihnya tinggal. Tentu saja, perasaan tersebut muncul kembali. Hemh, mungkin sudah saatnya bagiku untuk melupakannya. Dan tak akan berharap lebih lagi padanya. Akhirnya, air mataku keluar dibalik senyumku yang kupaksakan. Bodohnya aku, mencintaimu seperti ini. Padahal dari awal aku sudah tahu, bahwa seujung jari pun kau tak akan pernah berpaling padaku. Terima kasih telah memberikan cinta terindah untukku. Jika, suatu saat kita berjodoh, kuharap aku bisa mencintaimu lebih dalam lagi.

(Terinspirasi dari kisah seorang sahabat)

2 komentar:

GILA.
SUKSES BANGET.
BIKIN AKU NANGIS DI WARNET.

HAHAHAA..... :D

THX ALOT.. :)

hahahaha... aq memang pintar buat orang nangis, n buat diri sendiri juga ikutan nangis...
saaken temen aq iki :P